SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU SOSIAL
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Ilmu Sosial
Ilmu
sosial pada dasarnya merupakan ilmu yang mempelajari perilaku dan aktivitas
manusia dalam kehidupan bersama. Dengan demikian ilmu sosial mempelajari
hubungan manusia dengan lingkungannya. Perbedaan utama antara ilmu sosial
dengan ilmu alam adalah obyeknya. Obyek ilmu alam adalah fisik, sedangkan obyek
ilmu sosial adalah manusia dan hubungannya dengan lingkungannya. Lingkungan ini
dapat berarti manusia lain atau obyek fisik di sekitar manusia. [1]
Ilmu
sosial mengkaji perilaku manusia yang bermacam-macam, misalnya
1. Perilaku
manusia dalam hubungannya dengan manusia lain baik pribadi atau kelompok yang nantinya melahirkan ilmu sosiologi.
2. Perilaku
manusia pada masa lalu melahirkan ilmu sejarah.
3. Perilaku
manusia kaitannya dengan kejiwaannya melahirkan ilmu psikologi.
4. Perilaku
manusia kaitannya dengan pemenuhan kebutuhannya melahirkan ilmu ekonomi, dan
sebagainya.
Semua
perilaku tersebut merupakan gejala sosial yang menjadi wilayah kajian utama
ilmu-ilmu sosial. Inilah yang membedakan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial.
Ilmu-ilmu alam berhubungan dengan gejala-gejala alam yang bersifat fisik,
konstan dan bisa diamati dengan kasat mata dan untuk memahaminya tidak sesulit
gejala sosial. Gejala alam mudah dipilah-pilah dan bisa diukur serta pola
peristiwanya senantiasa tetap. Misalnya, pola mengenai gejala gunung meletus
atau gejala tsunami sejak dahulu kala hingga sekarang tidak banyak berubah.
Sedangkan gejala atau peristiwa sosial terikat dengan variabel tempat, waktu,
perilaku, dan setting sehingga
lebih kompleks. Misalnya revolusi yang terjadi di Inggris, Perancis, Amerika,
dan Revolusi Kemerdekaan Indonesia memiliki perbedaan yang tidak konstan.
Empat
tipe ilmu sosial ini yang merupakan perluasan konsep empat tipe sosiologi
yang diperkenalkan oleh
Burawoy (2004), yaitu ilmu
sosial profesional, ilmu sosial publik,
ilmu sosial kebijakan,
dan ilmu sosial
kritis. Perkembangan ilmu
sosial yang sehat
di suatu negara
ditandai oleh keseimbangan
yang saling melengkapi
antar keempat tipe
ilmu sosial tersebut.
Keseimbangan ini diperlukan
untuk mencegah terjadinya
perkembangan berlebihan salah
satu tipe dan
mengorbankan tipe ilmu
sosial yang lain.[2]
Karena gejala sosial
sangat kompleks, maka untuk memahaminya tidak cukup dengan satu sudut pandang
atau satu disiplin ilmu, sehingga dikatakan bahwa ilmu sosial memiliki gejala
sangat kompleks.[3]
B.
Ruang
Lingkup Ilmu Sosial
Menurut
Wallerstein (1977) ruang lingkup ilmu sosial terdiri dari Sosiologi,
antropologi, geografi, ekonomi, sejarah, psikologi, hukum, dan ilmu politik.
Sedangkan Brown membagi ilmu sosial
dalam sosiologi, antropologi, ekonomi, sejarah, psikologi, hukum, dan ilm
politik. Perbedaan keduanya bahwa Wallerstein memasukkan ilmu geografi dalam
ilmu sosial, sedangkan Brown tidak memasukkan geografi dalam ilmu sosial.[4]
Cabang-cabang
ilmu sosial berdasarkan pendapat Wallerstein dan Brown diantaranya[5]:
1. Antropologi,
merupakan ilmu sosial yang mempelajari manusia pada umumnya, dan khususnya
antropologi budaya, yang mempelajari segi kebudayaan masyarakat. Contohnya,
ilmu antropologi digunakan untuk menghadapi tantangan yang kian berat dengan
adanya permasalahan seperti multikulturalisme, kemiskinan struktural, korupsi
tanpa henti, konflik-konflik kepentingan golongan, kesenjangan sosial ekonomi,
ketidakpastian pelaksanaan hukum, dan jurang generasi.
2. Ekonomi,
merupakan ilmu sosial yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam
masyarakat, atau ilmu sosial yang mempelajari bagaimana manusia memenuhi
kebutuhannya. Contohnya kegiatan jual beli sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3. Geografi,
merupakan ilmu sosial yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas
fenomena fisik dan manusi di atas permukaan bumi. Karena kaitannya dengan hal
fisik inilah, sebagian ilmuwan tidak memasukkannya dalam ilmu sosial tetapi
dalam ilmu alam. Contohnya, geografi diperlukan dalam memahami atau memecahkan
suatu masalah di dalam negeri, seperti: urbanisasi, kelebihan penduduk,
penipisan sumber daya alam, hutan-hutan yang semakin gundul.[6]
4. Hukum
adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi
dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam
hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana,
hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam
konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan
hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan di
mana mereka yang akan dipilih.
5. Linguistik,
merupakan ilmu sosial yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa.
Linguistik tidak mempelajari tentang bagaimana penggunaan bahasa, melainkan
bagaimana bahasa digunakan dan unsur-unsur apa yang ada di dalamnya. Misalnya
penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional.
6. Pendidikan,
merupakan ilmu sosial yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar,
pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral. Misalnya kegiatan belajar
formal maupun non formal.
7. Politik,
merupakan ilmu sosial yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia
(termasuk negara). Selain itu menurut Roger F. Soltau, politik merupakan kajian
tentang negara, tujuan-tujuan negara, dan lembaga-lembaga yang akan
melaksanakan tujuan-tujuan itu; hubungan antara negara dengan warga negaranya
serta dengan negara-negara lain. Misalnya hubungan dalam bidang ekonomi,
militer dan bidang lainnya antara Indonesia dengan Australia.
8. Psikologi,
merupakan ilmu sosial yang mempelajari tingkah laku dan proses mental manusia.
Bidang khusus yang terdapat di dalamnya sanngat beraneka ragam, termasuk
psikologi eksperimental, psikologi fisiologi, psikologi perkembangan, psikologi
sosial, psikologi kepribadian, psikologi klinis dan penyuluhan, psikologi
sekolah dan pendidikan, serta psikologi industri dan permesinan. Dengan
demikian, psikologi merupakan salah satu bagian dari ilmu perilaku atau ilmu
sosial.[7]
Misalnya cara memahami perilaku seseorang individu.
9. Sejarah,
merupakan ilmu sosial yang mempelajari masa lalu (sejak manusia ada hingga masa
sekarang) yang berhubungan dengan umat manusia. Sementara menurut Depdiknas
sejarah merupakan mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai
mengenai proses perubahan dan perkembangan mayarakat Indonesia dan dunia dari
masa lampau hingga kini. Namun, yang jelas kata kuncinya bahwa sejarah
merupakan suatu penggambaran ataupun rekonstruksi peristiwa, kisah maupun
cerita, yang benar-benar terjadi pada masa lalu. Misalnya tentang
sejarah indonesia.
10.
Sosiologi, merupakan
ilmu sosial yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya.
Banyak para ahli yang berpendapat tentang sosiologi salah satunya, Piritim
Sorokin mengemukakan bahwa sosiologi merupakan suatu ilmu tantang hubungan dan
pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial. Sementara, ahli
dari Indonesia yaitu Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi berpendapat bahwa
sosiologi merupakan ilmu tentang struktur sosial dan proses-proses sosial,
termasuk perubahan sosial. Dengan pernyataan para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa sosilogi merupkan disiplin ilmu tentang interaksi sosial,
kelompok sosial gejala-gejala sosial, organisasi sosial, struktur sosial,
proses sosial, maupun perubahan sosial. Misalnya tingkatan kelas sosial dalam
masyarakat.
Ilmu
sosial juga dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat.
Masyarakat yang dimaksud adalah suatu siatem dari kebiasaan dan tata cara, dari
wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari
pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia. Masyarakat merupakan
jalinan hubungan sosial, dan masyarakat selalu berubah.[8]
C.
Perkembangan
Ilmu Sosial
Menurut Wallerstein, perkembangan Ilmu
sosial dimulai sejak masa Yunani dan Romawi Kuno, di mana proses
institusionalisasi pada Abad 19 terdapat di lima kota besar dan menunjukkan
progress yang cukup tinggi, dari lima kota tersebut yakni Inggris, Prancis, Jerman,
Italia dan Amerika Serikat. [9]Disiplin
Ilmu sosial pertama yang mencapai eksistensi institusional otonom adalah Ilmu
sejarah, walaupun banyak sejarawan secara antusias menolak label Ilmu sosial.
Ilmu sejarah memang suatu praktik yang sudah berlangsung lama, dan terminologi
sejarah juga sangatlah kuno.
Dilanjut Ilmu ekonomi juga baru secara
formal disebut sebagai disiplin Ilmu
pada abad 19, ketika pemberlakuan teori-teori ekonomi liberal pada abad
ke 19, para ekonom beragumentasi bahwa perilaku ekonomi lebih merupakan cermin
suatu Psikologi individualistik universal daripada institusi-institusi yang
dikonstruksikan secara sosial. Ketika
Ilmu ekonomi menjadi sebuah disiplin ilmu yang matang di beberapa perguruan
tinggi di Eropa.
Bersamaan dengan itu pada abad ke 19
juga berkembang muncul disiplin ilmu sosiologi. Auguste Comte berkeyakinan
bahwa ilmu tersebut harus menjadi “ ratu ilmu-ilmu”, sosiologi merupakan hasil
asosiasi-asosiasi reformasi sosial yang agenda utamanya berkaitan dengan
berbagai ketidakpuasan yang disebabkan oleh kekacauan populasi kelas pekerja perkotaan yang semakin
besar jumlahnya seiring dengan berjalannya Revolusi Industri.[10]
Fase selanjutnya berkembang ilmu
politik. Kemunculannya bukan karena subject
matter-nya negara kontemporer dan perpolitikannya, juga bukan karena kurang
menyetujui analisis nomotetis, tetapi karena resistensi fakultas-fakultas hukum
untuk merebut monopoli kekuasaan. Begitulah empat serangkai (Sejarah, ekonomi,
sosiologi dan politik) telah berhasil menjadi disiplin-disiplin ilmu sosial di
Universitas-universitas di Eropa abad ke 19,
Pada akhir abad ke 19 Geografi berhasil merekonstruksikan dirinya
sebagai sebuah disiplin ilmu baru, terutama di beberapa Universitas di Jerman.
Psikologi pada mulanya merupakan bagian
integral dari filsafat, pada abad 19
psikologi mulai menunjukkan jati dirinya, terutama dengan kepeloporan Saint
Agustint, dengan minatnya dalam melakukan intropeksi dan keingintahuannya dan
fenomena psikologis. Pada abad 19 terdapat dua teori psikologi yang saling
bersaing, yakni Psikologi kemampuan dan Psycology asosiasi yang lahir karena
timbulnya penafsiran kemampuan khusus pada otak berbeda-beda. Pada 1879
lahirlah laboratorium Psikologi pertama di Jerman.
Dalam perkembangannya psikologi sering
berada pada dua tempat yakni disiplin Ilmu sosial dan ilmu alam. Hal ini
bertalian erat dengan kedekatan psikologi dengan arena medis, sehingga banyak
psikolog yang menyeberang psikologi dari ilmu sosial ke ilmu biologi/alam.
Istilah Psikologi sosial merupakan penguatan bahwa Psikologi masih menempatkan
kakinya pada ranah Ilmu sosial.[11]
D.
Perkembangan
Ilmu Sosial di Indonesia
Dalam dunia ilmu pengetahuan baik
ilmu pengetahuan sosial maupun pengetahuan alam memang selalu mengalami perkembangan,
baik perkembangan secara cepat atau secara lambat. Perkembangan ilmu sosial di Indonesia sendiri
dapat dikatakan sangat cepat yang mana akan menghasilkan pandangan-pandangan
baru mengenai permasalahan-permasalahan sosial yang ada. Sementara itu menurut
Meztika Zed (2006:56), secara historis perkembangan ilmu sosial dapat dibagi
menjadi 3 fase, yakni fase embrionik sejak zaman kolonial, fase developmentalis
sejak 1950 sampai orde baru, dan fase kontemporer. Dengan membagi fase
perkembangan ilmu sosial tersebut membuat perkembangan ilmu sosial di Indonesia
menjadi lebih runut dan mudah untuk di pahami.
Berikut tiga fase
perkembangan ilmu sosial,
1. Fase
Embrionik
Fase
ini sering disebut dengan istilah Indologie
atau ilmu sosial kolonial. Hal tersebut dikarenakan, ilmu sosial yang
berkembang pada masa tersebut lebih condong
untuk kepentingan penjajah terutama untuk membantu pemerintah Hinda Belanda melaksanakan
administrasi dan kebijakan pemerintahannya. Keadaan itu makin dipertegas, pada tahun
1842 pemerintah Hinda Belanda menyiapkan secara khusus untuk memperkenalkan Indologie, yakni bagian ilmu oriental
yang dikembangkan untuk menyiapkan calon pegawai yang akan bertugas di Hindia Belanda.
Perkembangan
indologi di Belanda memang cukup pesat,
terbukti pada tahun 1864 telah berdiri di berbagai universitas jurusan ilmu
sosial. Bahkan pada tahun 1891 indologi
menjadi salah satu jurusan di Universitas Leiden. Pengaruh indologi memang sangat
besar di Indonesia pada abad ke 20. Namun, sampai tahun 1950 masih belum signifikan
perkembangannya.
Ciri
umum perkembangan ilmu sosial di Indonesia pada masa kolonial yaitu sebagai ilmu
sosial yang sangat dipengaruhi oleh para ilmuan Belanda, yang memiliki kepentingan
kolonial dan para ilmuan tersebut belum memiliki spesifikasi dalam bidang indologi tersebut. Selain itu, ciri umum
perkembangan ilmu sosial pada masa kolonial yaitu sangat erat kaitannya dengan upaya
untuk memecahkan permasalahan daerah jajahan dan mempertahankan status quo.
2. Perkembangan
Ilmu Sosial Developmentalis
Apabila
perkembangan ilmu sosial pada masa Indologie
lebih berpusat pada Eurosentris maka pada tahun 1950 sampai 1960 an menjadi
titik balik perkembangan ilmu sosial di Indonesia dengan lebih berkiblat pada Amerika
Serikat. Perang dingin yang terjadi pasca perang dunia II membuat negara-negara
adikuasa berupaya untuk menanamkan pengaruhnya di Indonesia, salah satunya melalui
ilmu sosial. Tidak mengherankan Amerika Serikat misalnya berusaha menanamkan pengaruhnya
melalui ilmu sosial yang sedang berkembang di Indonesia.
Pada
masa ini perkembangan ilmu sosial dikatakan sebagai ilmu sosial developmentalis,
hal itu dikarenakan idiologi yang berkembang dalam ilmu-ilmu sosial pada masa tersebut
yang sangat berhubungan dengan negara-negara yang baru merdeka. Developmentalis
bermakna pembangunan yang berarti ilmu sosial menekankan pada penggunaanya sebagai
alat bantu untuk pemecahan masalah pembangunan
ekonomi di Indonesia. Bung Hatta menjelaskan bahwa pertumbuhan ilmu sosial tidak
lepas dari penemuan dan sekaligus masalah sosial yang dihasilkan ilmu-ilmu alam.
Dalam kesempatan tersebut Bung Hatta juga menjelaskan bahwa ilmu sosial memiliki
tugas istimewa kejurusan pembangunan Negara dan masyarakat.
3. Perkembangan
Ilmu Sosial Kontemporer
Pada
1970an hingga 1980an semakin banyak ilmuan dari lulusan ilmu sosial dari
berbagai dunia. Lompatan besar ilmuan sosial di Indonesia ini berpengaruh pada
perkembangan ilmu sosial di Indonesia. Secara kuantitas dapat dilihat dengan
munculnya berbagai perguruan tinggi yang membuka jurusan atau program studi
ilmu sosial. Pada awal 1970an setidaknya
terdapat 74 fakultas ilmu sosial dan kebudayaan. Perkembangan jumlah institusi
akademik ini tentu sangat berpengaruh terhadap perkembangan penelitian dan
penerapan ilmu-ilmu sosial di Indonesia. Berbagai lembaga pemerintah maupun non
pemerintah yang menjadi pusat pengkajian ilmu sosial mula berkembang dengan
mantap pada awal 1970an seperti lembaga pendidikan, penelitian dan pengembangan
ekonomi sosial sangat penting peranannya dalam perkembangan ilmu sosial di
Indonesia.
BAB
III
PENUTUP
KESMPULAN
Perkembangan ilmu sosial yang kian pesat menjadikan pengklasifikasian dalam ilmu sosial itu sendiri, mulai dari sejarah, geografi,
sosiologi, ilmu hukum dan
lain sebagainya. Tujuan dari pengklasifikasian tersebut adalah untuk mempermudah dalam pengamatan dan penelitian mengenai pengimplementasian ilmu sosial dalam permasalahan sosial. Perkembangan ilmu sosial tersebut tidak hanya terjadi pada negara-negara besar dunia, tetapi juga terjadi di Indonesia
yang mana banyak dari ilmuan Indonesia yang
belajar di berbagai penjuru dunia. Sehingga perkembangan ilmu sosial di Indonesia
sangat dipengaruhi oleh pemikiran ala barat.Perkembangan ilmu sosial di Indonesia
sendiri dibagi dalam tiga fase, mulai fase embrionik yaitu pada masa kolonial, lalu fase ilmu sosial developmentalis, dan fase kontemporer.
DAFTAR
PUSTAKA
Dadang
Supardan. Pengantar Ilmu Sosial:
Sebuah Kajian Pendekatan Struktural.
2009. Jakarta: Bumi Aksara
Daldjoeni.
2014. Pengantar Geografi. Yogyakarta:
Penerbit Ombak
Supardi.
2011. Dasar-Dasar Ilmu Sosial.
Yogyakarta: Penerbit Ombak
Jurnal
Masyarakat dan Budaya. Ilmu Sosial di
Indonesia: Peluang, Persoalan, dan Tantangan. Edisi Khusus. 2010.
http://jmb-lipi.or.id/index.php/jmb/article/viewFile/157/137.diakses pada 5
Maret 2017 pukul 06.00
http://rushdiezhepa.blogspot.com/2012/08/perkembangan-ilmu-sosial.html.diakses
pada 6 Maret 2017 pukul 21.00
[2]Jurnal Masyarakat dan
Budaya. Ilmu Sosial di Indonesia:
Peluang, Persoalan, dan Tantangan.Edisi Khusus. 2010. http://jmblipi.or.id/index.php/jmb/article/viewFile/157/137. diakses
pada 5 Maret 2017 pukul 06.00
[6]Daldjoeni, Pengantar Geografi, 2014, hal 27
[7]Supardan Dadang, Pengantar Ilmu Sosia Sebuah Kajian
Pendekatan Struktural, 2008, Hal 425
[10]Supardi, Dasar-Dasar Ilmu Sosial, 2011, Hal 25
Komentar
Posting Komentar